Dari Mengeja, Hingga Mengajar
Seseorang pernah berkata
kepada saya, "Jika kamu tahu esensi guru, kelak kamu akan
mengerti bahwa guru adalah profesi yang ideal, sampai kamu tidak akan memilih
profesi selain guru". Sekilas ungkapan tersebut membuat saya merasa bahwa
berkuliah di program "perguruan" bukanlah kesalahan.
Dulu ketika masih jadi anak tengil yang suka bermain di pematang
sawah, saya sering ditanya oleh beberapa orang.
Besok kalau sudah besar mau bercita cita jadi apa?
Spontan saya jawab, "guru".
Serasa sebuah profesi adalah setiap jawaban dari pertanyaan
cita-cita. Dan guru adalah jawaban terbaik di masa itu - karena saya masih
belum tahu jenis cita cita yang ternyata sangat bervariasi.
Kemarin adalah harinya guru, tepatnya 25 November 2021.
Seluruh kawan sosial media saya menayangkan ucapan Selamat Hari Guru Nasional. Sebuah
ekspresi yang betul mengagungkan peran guru dalam ranah pendidikan. Lantaran
guru memang memiliki andil yang besar dalam peradaban manusia. Bisa dibilang,
tanpa guru manusia tidak mengenal pengetahuan dan perkembangan ilmunya. Bahkan
peroduk dari ilmu pengetahuan, yaitu teknologi belum tentu dapat dirasakan
seperti saat ini.
Dari Mengeja, Hingga Mengajar
Ketika baru lahir di dunia ini, manusia belum mengetahui apapun.
Hingga secara perlahan ia diajari untuk mengetahui sesuatu dari hal terkecil.
Keluarga adalah guru pertama baginya, si bayi. Mereka mulai diajari bagaimana
melakukan aktivitas sehari hari, beretika, belajar skala kecil (berkomunikasi,
berbahasa, dan mengeja secara verbal).
Lantas seiring bertumbuhnya usia, tahapan tahapan biologis membuat
si bayi berkembang menjadi anak-anak hingga remaja. Mereka di sekolahkan di
lembaga formal, namun tetap mendapat pendidikan di lembaga nonformal. Keluarga,
teman sebaya, dan lingkungan turut membentuk kepribadian dan cara berpikirnya –
jika dulu masih teringat mapel sosiologi di SMA.
Ketika menamatkan bangku sekolah menengah atas, si anak sudah
mulai memahami tujuan yang hendak mereka capai. Ada yang berkuliah untuk
menjadi guru, dokter, arsitek dan lain sebagainya. Saya sendiri memilih untuk
mengikuti jejak guru saya. Mengajar.
Saya jadi teringat Ali Bin Ali Thalib, yang dijuluki sebagai babul
ilmi (pintu ilmu pengetahuan) oleh Nabi SAW. Beliau berkata: “Aku
adalah hamba/abdi dari siapapun yang mengajariku walaupun hanya satu haruf. Aku
pasrah padanya. Entah aku mau dijual, dimerdekakan atau tetap sebagai seorang
hamba”.
Jadi Guru, Di Gugu lan Ditiru
Guru, di guru lan ditiru, sebuah ungkapan yang
praktis. Mengisyaratkan bahwa guru haruslah figur yang mampu jadi suri tauladan
untuk murid atau siswanya. Karena menjadi contoh, guru harus menyampaikan
ucapan dan karakter terbaik dihadapan muridnya. Apalagi balasan amalnya
berturut hingga esok.
Seorang guru di tempat saya magang mengungkapkan 5 pesan ketika
kelak menjadi guru.
Jadilah Berilmu
Senjata utama guru adalah ilmunya. Jangan sampai kita memberikan
konsep yang salah kepada murid, karena itu akan direkam oleh mereka. Apabila
salah dan disebarkan, akan jadi salah secara berjama’ah. Dampaknya akan
kembali kepada Sang Guru. Maka menampunglah hal yang baik, agar dapat
terbalaskan dengan hal baik.
Berkreasilah
Kreatiflah dalam mengelola kelas. Guru tidak harus bergantung pada
media, karena kunci utama guru berada di kemampuan komunikasi. Pelajari
bagaimana cara menyampaikan sesuatu yang garing jadi menarik,
dan sesuatu yang membosankan menjadi menyenangkan.
Bangun Ikatan Emosional
Emosi itu sangat penting. Maka, ikatan emosional dengan siswa
harus dibangun. Hindari zona nyaman. Zona nyaman terkadang berbahaya, apabila
membuat anak tidak kreatif dan stagnan dengan kebernyamanan tersebut. Anak jadi
tidak berprogress, tidak aktif dan tidak mau bergerak.
Setelah zona nyaman, buatlah kejutan. Kejutan tidak harus
berupa sesuatu yang membahagiakan. Surprise bisa berupa suatu
hal yang membuat siswa marah dan terpancing emosinya. Ketika hal itu terjadi,
ide gilanya akan muncul. Ada ide gila yang diluar dugaan, apalagi bagi siswa
yang memiliki kemampuan diatas rata rata.
Jangan Pilih Kasih
Dahulu sebelum menjadi guru, kita pernah jadi siswa. Betapa menyakitkannya jika seorangSeorang guru juga harus siap bertemu siswa tipe apapun. Jangan pilih kasih. Murid sejatinya adalah guru kita, kita belajar dari mereka, kita muridnya sebenarnya bukan gurunya. Masuklah ke dunia mereka dengan diri dan karakter kita, bukan memaksakan siswa masuk ke dunia kita. Mereka tidak akan bisa karena belum mengalami dunia seperti gurunya.
Di sela sela istirahat siang itu, guru saya menambahkan, “Ikuti
saja mas mbak, di jamin awet muda. Saya merasa, murid saya hari ini dengan
murid 20 tahun akan datang sama saja”, ungkapnya sambil
tertawa.
Perlakukan mereka dengan sikap paling standar. Pemberian reward
& punishment kepada siswa berdasarkan kejadian yang timbul. Jangan
membuat punishment fisik karena sudah tidak berlaku. Berilah
hukuman yang menyenangkan tetapi membuat siswa jera. Buat dia malu terhadap
dirinya sendiri, sehingga siswa tersebut akan termotivasi. Malu kepada teman
akan membuatnya trauma, namun malu pada diri sendiri membuat dia menyadari dan
berusaha memperbaiki diri.
Tidak harus jadi yang luar biasa, tetapi paling tidak, diidolakan
oleh sebagian siswa. Sebagai guru tidak harus minta diidolakan. Setidaknya, di
suatu waktu, apa yang diucapkan oleh guru mampu menjadi memori bagi siswa dan
siswa mampu merekam untuk diterapkan di kehidupannya kelak.
Terakhir. Karena saya rasa tulisan ini begitu panjang. Hehe
Pesan guru saya untuk pengajar,
"Kalau modalnya niat, ikhlas, dan baik, Insya Allah berkah. Yakin berkah. Rasanya kita ngasih terus, tetapi sebenarnya kita ngasih untuk diri kita sendiri. Kita mungkin menolong orang lain, sebenarnya itu menolong diri kita sendiri. Kita hanya meminjamkan energi untuk dilakukan dalam bentuk lain, namun hakikatnya kita yang ditolong. Jangan berhenti memotivasi orang lain. Dan lagi, Murid itu juga rezeki bagi guru, jangan menolak siswa, jangan memilih siswa" Ibu Ratnaningsih, S.Pd (Guru Biologi SMA N 1 Semarang)."
"From me, who is still looking for knowledge and sciences. Happy Teacher's Day 2021 to all humans on earth who teach me. You will be remembered, your services are eternal "(Kismunthofiah).
Potret Jadi Guru di Tahun 2021 (Source: Doc Pribadi Kismunthofiah)
Comments
Post a Comment