Bung, Bagaimana Cara ‘Dunia Kerja’ Bekerja?
Hello, World!
Beberapa bulan lalu, gue pernah perjalanan dari Purwodadi ke Semarang. Dan Anda tahu pukul berapa? Yah, pukul 04.00 WIB lebih sedikit. Bagaimana? Terlalu pagi bukan? Itu bisa dibilang perjalanan paling pagi pertama dari rumah ke Semarang selama kuliah hampir empat tahun ini. Entah apa yang membuat gue bisa bangun, tentunya tekad untuk bisa sampai lebih cepat karena hari sebelumnya gue benar - benar nggak bisa datang dan paginya harus ada acara.
Kenapa pagi? Karena gue kira jalanan bakal sepi karena manusia masih terlelap dalam tidurnya. Tetapi ternyata salah. Mereka saat ini jarang sekali terlelap. Ya... Mungkin ada yang masih tidur, namun tidurnya agak terganggu karena harus memikirkan kerasnya hidup. Mereka harus memikirkan apakah besok bisa makan? Apakah besok anaknya masih tetap sekolah atau kah semua harapan dan keinginan itu hancur dalam semalam karena tiba tiba mereka tidak bisa bekerja lagi.
Yang gue maksud begini.
Manusia saat ini terlalu sibuk dengan pekerjaan. Mereka rela begadang, memenuhi jalan dengan truk dan mobil-mobil besar. Ada juga pekerja work from home (WFH) yang terjaga sepanjang malam dengan laptop dan secangkir kopi di depannya.
Awalnya gue sempat kesal dan amarah. Beragam pertanyaan muncul begitu saja. Apa yang sebenarnya mereka cari? Ini masih waktunya istirahat. Setidaknya mereka harus menjaga kesehatan agar besok tetap bisa bekerja. Tetapi pada realitanya, manusia banyak tertuntut oleh keadaan. Mereka butuh uang dan gue pun nggak bisa munafik dengan bilang kalau gue tidak butuh uang.
Seperti
Apa Dunia Kerja?
Seseorang pernah berkata, dunia kerja itu keras. Banyak waktu, banyak hal dan banyak orang yang terkadang tidak sevisi dengan kita. Anda bertanya persaingan? Tentu menjamur dimana – mana. Mengenal dunia kerja sebagai lahan untuk bermanja ria sepertinya bukan langkah yang tepat. Terlalu sederhana jika didefinisikan seperti itu.
![]() |
Jack Ma and Alibaba |
Anda mengenal Jack Ma, bukan?
Gue rasa iya. Jack Ma adalah orang terkaya di Tiongkok dan masuk dalam 26 besar orang terkaya di dunia. Ia memiliki perusahaan e-commerce bernama Alibaba ( https://www.alibaba.com/ ). Bisnisnya sangat sukses hingga sekarang!
Mungkin sudah banyak yang tahu bagaimana kisahnya menyelami dunia pekerjaan. Jack Ma adalah satu dari 24 orang yang ditolak bekerja di KFC. Jack Ma adalah sosok yang ditolak bekerja setelah melamar 30 perusahaan. Bisa dibayangkan bagaimana kerasnya dunia kerja baginya?
Itu hanya contoh kecil. Untungnya Jack Ma berhasil bangun setelah berkali-kali gagal!
Dunia kerja sedemikian itu. Harus sering berhati baja untuk bisa menuai hasilnya. Lantas jika tidak bisa bagaimana? Siap - siap anda akan terpelanting jauh dari tujuan hidup anda tentang uang. Ya. Karena orientasi utama kerja adalah demi uang. Terkesan kejam sekali, namun itulah realitanya.
Kerja
VS Perasaan
Lagi lagi gue memberi contoh dari kisah Back Yi Jin dalam Twenty One Twenty Five (21-25). Tontonan ini emang benar – benar membuat gue tersadar tentang semua hal, termasuk dalam dunia kerja. Back Yi Jin sering berseteru dengan hatinya. Satu sisi dia adalah seorang reporter, sisi lain dia adalah manusia yang memiliki rasa simpati dan empati yang tinggi.
![]() |
Back Yi Jin as Reporter |
Sialnya, profesi itu terkadang membuat orang lain terluka. Bahkan orang terdekatnya sendiri. Dia harus menghidupi dirinya dan mengembalikan integritas keluarganya, namun dengan cara membuat orang lain terluka? Apakah itu fair? Tentu tidak. Tetapi jika tidak ada jalan lain bagaimana?
Pada akhirnya Back Yi Jin bisa bertahan hidup dengan dirinya yang masih menjadi reporter selama puluhan tahun. Bahkan di episode terakhir, ia sudah bisa membuat rumah untuk keluarganya kembali.
“Anda reporter, jangan terlalu dekat dengan narasumber.”
Kurang lebih kata - kata itu yang sering dilontarkan oleh seniornya di divisi permberitaan. Dan nyatanya benar terjadi. Back Yi Jin harus putus dengan kekasihnya karena kesibukan bekerja.
Dunia kerja merenggut semuanya. Baik dari waktu, tenaga, pikiran, perasaan, kasih sayang, dan cinta. Bahkan bisa merubah karakter manusia menjadi tidak manusiawi.
Salah satu serial lagi di perfilman Thailand, Boys Over Flower (F4 Thailand) menceritakan tentang kisah seorang ibu yang melakukan apapun hanya demi anaknya berhasil menjadi pemimpin akbar perusahaan. Ia sama sekali tidak memedulikan kerugian orang lain saat mereka berada di ambang terendah bisnis mereka.
“Apa gunanya teman dalam berbisnis, apakah jika perusahaanmu bangkrut teman akan selalu ada dan mau membantumu?” Rosalyne.
Yah. Terdengar kejam lagi bukan? Namun tidak selamanya seperti itu. Jangan dijadikan keputusan mutlak ketika menjalankan bisnis.
Keuntungan lain ketika Kerja dan Perasaan menyatu adalah manusia menjadi lebih terlihat berharga. Mereka bekerja bukan hanya karena ingin uang, namun karena ingin bertemu kawan. Mereka akan tertawa lepas saat sudah bisa menemukan karakter yang tepat sebagai partner bekerja. Bayangkan jika Anda hanya bekerja tanpa memiliki kawan bicara, atau saat mengalami kesulitan namun tidak ada yang dapat dimintai tolong karena sikap anda yang kurang bersahabat? Bagaimana Anda akan tetap berjalan? Carilah jawabannya seiring berjalannya waktu.
Pendidikan
dan Kerja
Dalam sebuah channel youtube “Satu Persen” pernah gue dengerin Podcast tentang ‘Masalah Pendidikan di Indonesia’. Menurutnya, pendidikan kurang realistis karena apa yang dipelajari jarang keluar ketika mereka bekerja. Gue setuju akan hal itu. Bahkan setelah sekolah bertahun-tahun, mereka harus mengasah skill lagi agar bisa diterima di dunia kerja. Sekolah bisa dibilang mengajarkan banyak hal, pendewasaan, bahkan pemikiran siswa. Namun sayangnya, yang terpatri dalam pikiran anak adalah mereka harus mengerjakan soal dengan benar. Jika salah mereka tidak akan mendapat nilai yang baik. Dan itu dianggap kegagalan. Sekolah masih mengangungkan nilai, namun belum mengajarkan apa yang sebenarnya dibutuhkan dalam hidup siswanya. Terpaksa, orang orang ini harus belajar lagi memahami hidup ketika mereka memasuki dunia yang sesungguhnya.
Setiap private dengan siswa, gue banyak dapat pesan dari mereka yang tidak dijelaskan tentang mengapa harus ada matematika, biologi, kimia, fisika, atau disiplin ilmu lain ketika di sekolah. Apa kaitannya dalam hidup, jika ternyata mereka tidak memilih bidang itu sebagai pekerjaannya.
Setelah gue tahu mereka butuh informasi itu, menjadi guru private adalah sesuatu yang berat. Mereka akan lebih banyak tanya, akan lebih banyak menganalogikan sesuatu dengan kehidupan, dan gue harus menjawab apa jika mereka menanyakan hal- hal semacam itu. Bahkan terkadang tidak logis?
Ya.. gue harus belajar keras (lagi) untuk mereka.
Begitulah cara kerja alam ini.
Manusia
dan Sisa Hidupnya
Gue rasa manusia semakin gila. Mereka mulai bisa ditebak. Di umur 6-22 tahun (16 tahun) mereka akan belajar mati – matian agar disebut “pandai”, setelahnya mungkin mereka akan mendedikasikan hidup hanya untuk bekerja. Sampai usia 60 tahun mungkin atau bisa lebih? Nyatanya di pasar pasar tradisional masih banyak orang di usia senja yang harus mengais rejeki mereka. Padahal sudah waktunya untuk beristirahat dari perjalanan panjang hidup.
Aih! Apakah harus seperti itu siklus manusia?
Pesan gue untuk kalian:
“Bekerjalah
untuk hidup, jangan hidup untuk bekerja. Anda boleh bekerja dengan perasaan,
namun jangan sampai dikendalikan oleh perasaan itu. Jadilah profesional dan
pekerja sejati! Anda akan sukses bagaimana pun caranya. Carilah pengalaman dari
setiap kegagalan itu, namun jangan jadikan rasa takut!”
‘Setiap anda mulai merasa lelah dengan hidup, selalu ingatlah bagaimana kerasnya anda memulai kesempatan baru itu!’ – Yang Chan Mi.
Thank you!
Selamat berbuka puasa.
Referensi:
https://www.youtube.com/c/SatuPersenIndonesianLifeSchool
simplenya memang gitu menggambarkan dunia kerja begitu kerasss. Tapi tetap kerja walau melelahkan sebab kebutuhan yg tidak terpenuhi adalah hal paling menyakitkan
ReplyDeleteHay, terimakasih sudah membaca dan memberi feedback. yass betul, setuju sekali. kalau bisa memang tdk hanya kebutuhan, tetapi keinginan yang juga terpenuhi :). Sehat terus ya!
Delete