Rumus Kebajikan Sosial, Aku Kamu Mereka Manusia

Dalam berhidup sosial, manusia selalu mengedepankan persepsinya, namun tidak memperhatikan persepsi orang lain. Manusia selalu merasa sendiri, merasa tertekan, merasa paling berkorban dengan usahanya tanpa melihat sudut pandang orang di depannya, dibelakangnya, disebelahnya bahkan disampingnya. Padahal, akan selalu ada figur dibalik suksesnya suatu hal, baik cita cita, organisasi, cinta atau hal hal lainnya - selain campur tangan Tuhan. 

Ada yang berdarah darah di belakang, tanpa orang lain ketahui. Ada yang berkorban lebih dalam. Ada yang menjadi pemain belakang tanpa sama sekali mengharap apresiasi atau pujian dari orang lain. Namun apa yang bisa kita beri selain sikap saling menghargai? 

Itulah manusia. Sebagai makhluk, dalam ranah hablumminannaas (hubungan manusia dengan manusia), manusia memiliki dua tanggungjawab. Menjadi individu seutuhnya dan menjadi makhluk sosial. Saat menjadi individu, lakukan hal terbaik yang bisa dilakukan tanpa merugikan orang lain. 

Pict. Kita manusia (masih KKN) / Source: Kismun

Hal sederhana yang saya contohkan, 

Saat kamu bercerita, berceritalah dari dua sisi. Sisi dirimu, dan sisi dirinya. Saat kamu menjadi pendengar, mendengarlah dari dua sisi, sisi dirimu dan dirinya. Jangan memberi solusi dari sudut pandang dirimu, jangan menimbulkan toxic positivity - jika kata seorang dosen psikologi dari kampus saya. Sebuah ungkapan yang sebetulnya memberi stimulan positif, namun ternyata menimbulkan "toxic" baginya. Jangan membanding bandingkan masalahnya dengan masalahmu, karena kalian berbeda. 

Sebagai makhluk sosial, dimana manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan yang lain, tidak lantas menjadi pijakan untuk bersikap parasitisme. 

Dr. Fahruddin Faiz, figur favorit saya yang konsen di bidang filsafat mengungkapkan, orang yang mengorbankan orang lain untuk keuntungan sendiri adalah orang yg sangat buruk, tidak memikirkan kebaikan orang lain. Beliau mengutip langsung dari Cicero, seorang filsuf Romawi. 

"Orang yang mengambil sesuatu dari orang lain dan meningkatkan keuntungannya sendiri dengan mengorbankan keuntungan orang lain lebih buruk daripada kematian, daripada kemiskinan, daripada penderitaan yang mungkin menimpa tubuh".

Lantas, bagaimana apabila kamu berada diposisinya? Di objekkan, dimanfaatkan, bahkan dirugikan hanya untuk kepentingan individu? 

Oleh karena itu, Fahruddin Faiz menambahkan, 

"Agar tidak saling sakit, jangan saling mengobjekkan, harus saling mendukung untuk mencapai kepentingan bersama".

Hakikatnya, rumus kehidupan dalam ranah kebajikan sosial adalah manusia harus mempertimbangkan kepentingan orang lain, siapapun itu dengan alasan mendasar dia manusia, itu bagian dari sunnatullah. 

Aku manusia, kamu manusia, mereka juga manusia sehingga tugas sesama adalah saling memanusiakan manusia. 


Kismunthofiah
Mahasiswa Pendidikan Biologi 
UIN Walisongo Semarang

Comments

Popular Posts