Takut Jadi Mahasiswa Tingkat Akhir?
Hello, World!
Entah sudah berapa abad, pemegang blog ini terkungkung di
kamar. Kerjaannya rebahan. Scroll media sosial. Atau seringnya nonton drakor.
Aihh!! Jangan ditiru intinya! Ia juga sama sekali tidak berusaha untuk menulis sesuatu
agar setidaknya dunia tahu, dia masih ada. Haha. Just brainstorming! I’m
sorry all.
Di sesi ini mungkin gue hanya sharing singkat, dan menulis beberapa opini terkait masalah disekitar.
Oke, let’s start together!
Beberapa waktu ini gue sering dibuat gelisah.
Ilustrasi mahasiswa akhir (source: kompasiana)
Pertama kerana ini sudah semester ke delapan. Waktu gue di kampus bisa dibilang udah mau berakhir. Sebenarnya kalau dipaksa juga boleh. Hanya saja berada di situasi paksaan dan dipaksa itu sama sekali tidak enak! Oh ya.. bagi yang belum tahu, perkenalkan. Saya mahasiswa semester 8. Dan itu tidak memalukan. Apa maksudnya? Begini.
Beberapa teman, ketika ditanya “kamu semester berapa?” Mereka memilih berbohong atau menjawab tetapi dengan senyum meringis malu. Memang semester 8 itu kenapa? Wkwkw. Salah satu pertanyaan yang bisa kalian jawab.
Gue coba iseng, searching dengan keyword ‘mahasiswa akhir’. Mengejutkan! Yang tampil seperti ini
Bisa dilihat? Banyak meme yang mengatakan bahwa semester akhir adalah fase yang sulit.
Menurut google, mahasiswa akhir sedemikian rupanya. Situasi dimana mereka dalam kondisi bingung, lemah, lesu, malas, ingin mengakhiri semuanya, stress, dan apalagi ya istilah yang cocok untuk keadaan itu. Lo tenang aja, gue juga mengalaminya. Dan postingan ini sama sekali tidak bermaksud menyudutkan google dan menakut - nakuti mahasiswa semester akhir/ bakal calon mahasiswa semester akhir. Oh ya.. Hai adek tingkat! (Teruntuk yang baca postingan ini).
Kedua. Saat ini gue sedang digempur dengan dunia perskripsian. Yang kata kebanyakan orang adalah suatu hal ‘menyeramkan’. Gue bukan ingin melawan atau tidak setuju dengan mereka. Gue setuju kok. Hanya saja perlu ada yang diluruskan disini. Momok utama yang menjadi penyebab skripsi disebut hal sulit adalah ketakutan. Gue pernah beberapa kali melihat story lewat di whatssap:
“yang membuat takut itu bukan kejadiannya, namun ekspektasi kita sendiri. Terkadang ketakutan malah lebih menakutkan daripada rasa takut itu sendiri”
Kita takut nggak bisa selesai. Kita takut nggak bisa on time. Kita takut kalau skripsi nanti jelek bagaimana? Jika dapat dosbing yang sulit bagaimana? Jika dapat topik yang berat bagaimana? Ahh.. memang pertanyaan - pertanyaan itu terasa mengganggu. Padahal diri sendiri yang membuatnya ada. Kita sendiri yang terkadang menyebarkan pertanyaan itu kepada orang lain. Sekarang siapa yang salah? Nggak ada! Kita nggak sadar menjadi bagian dari ketakutan itu dan menyebarkan ke orang lain.
Perasaan dan ekspektasi itu yang membuat skripsi serasa
momok yang menyeramkan. Sampai ketika anda ditanya. “sudah sampai mana skripsinya?”
maka nafas yang awalnya bersemangat, tiba - tiba menciut. Muka lantas ditekuk
sedemikian rupa. Orang yang melihat anda mungkin akan berpikir, ‘saya salah di
bagian mana?’ padahal sejatinya, mereka hanya berusaha peduli dengan anda dengan
menanyakan progress perskripsian anda. Yah, salah lagi deh..
Oh yaa...
Gue mau cerita sedikit tentang salah satu drama korea yang berjudul Twenty One Twenty Five. Sekarang gue lagi dapet episode 11 dan baguss banget!!! (*bukan promosi).
Di dalam drama itu pernah ada satu scene, dimana Naa Hee Doo menceritakan anaknya perihal ‘mimpi’. Mimpi itu di ibaratkan seperti tangga. Jalannya harus satu satu untuk mencapai puncak, bukan curam seperti lereng yang ketika terjatuh akan kembali lagi ke dasar. Dalam tangga itu ada step – step nya. Terkadang kita sudah berada di tangga kedua, ketiga. Dan saat itu tiba tiba perjalanan terganggu karena suatu hal. Maka itu lah hidup. Tidak bisa selamanya lurus tanpa ada hambatan.
Saat kamu berada disuatu tangga, kamu harus memiliki tekad lagi untuk naik. Jika tidak, maka apa yang terjadi? Hanya diam ditempat tanpa ada perkembangan.
Yang gue maksud gini. Gue nyusun skripsi mungkin sudah tiga bulan ini. Alhamdulillah dibulan kedua kemarin sempet seminar proposal dan sekarang tahap penyelesaian sampai sidang skripsi. Hambatannya seperti apa? Jangan dibilang nggak ada! Banyak sekali! Setiap mau nyusun pasti ada saja hal - hal tak terduga yang datang.
Manfaatkan tangga itu buat naik. Pelan pelan. Ekspektasi untuk menjadi skripsi yang sempurna ‘agak’ diturunkan. Konsisten jangan lupa. Lo bakal bisa mencapai puncak seiring dengan waktu.
Ketiga, selain ketakutan itu ternyata ada ketakutan lagi yang tiba- tiba menjadi pikiran mahasiswa semester akhir. Mereka takut akan dunia setelah kuliah. Yeah, dunia kerja!
Beberapa orang meski ia sarjana terpaksa menganggur karena kurang strategi setelah lulus kuliah. Mereka ‘pokok’nya cepat menyelesaikan skripsi, cepat sidang, cepat wisuda dan.... cepat cepat enyah dari kampus. Beberapa mungkin ada yang memilih menikah. Beberapa lagi ada yang memilih melanjutkan studi master. Tetapi, apakah sudah benar benar dipilih dan dimantapkan??
Itu yang gue maksud, bukan hanya ketakutan akan skripsi, tetapi juga ketakutan setelah lulus nanti.
Gue pernah baca dari salah satu situs “Quora”. Disitu mengatakan, bahwa mahasiswa yang sudah lulus sadar atau nggak sadar akan berapa di masa yang disebut waiting time. Rentangnya antara 1-3 bulan setelah wisuda. Waiting time adalah masa dimana mereka menganggur, berjuang mencari pekerjaan dan berusaha menemukan jati diri mereka. Beberapa ada yang terselamatkan dan bisa bangkit lagi. Beberapa ada yang terdistrak dengan diri sendiri. Apakah hal itu pasti terjadi dengan semua sarjana? No! Kamu hanya perlu ‘sedikit’ mengatur agar sebelum lulus mendapatkan apa yang kamu inginkan dan tidak terlalu lama ‘menganggur’. Waiting time juga bisa saja bertambah durasinya, tergantung kamu.
Misal setelah S1 mau kerja, mulai sekarang disusun CV nya dengan baik, mencari koneksi di linkedin dan ikuti pelatihan-pelatihan yang bisa mendukung skill untuk kerja. Gue rasa kalau mulai semester 6/7 melakukan hal itu, kemungkinan setelah lulus bakal langsung direkomendasikan untuk masuk perusahaan A, B, atau bahkan C yang punya rating tinggi. Lo bukan melamar, tetapi dilamar!
Ini juga berlaku misal setelah lulus mau S2. Lo bisa mulai belajar bahasa inggris karena semua kampus akan meminta sertifikat TOEFL/ IELTS. Cari jurusan, kampus, dan beasiswa karena S2 lebih mahal timbang S1 tentunya.
Itu hanya gambaran. Lo bisa menyusun yang lebih indah.
Hmmm. Sepertinya gue terlalu berkata panjang. Oke, yang terakhir ini penutup!
Usia lulus kuliah itu biasanya 22 tahun. Bisa dibilang waktu yang menunjukkan bahwa lo udah dewasa. Udah waktunya berpikir tentang masa depan, pernikahan, jodoh, karir, keuangan dan kawan-kawannya. Bermain mungkin bukan lagi waktu yang tepat seiring berjalannya waktu.
Pesan gue untuk siapapun yang baca tulisan ini.
“Jangan menyerah! Hidup itu pasti ada tahap-tahapnya. Kamu yang awalnya di atas, bisa tiba tiba di bawah tanpa tahu alasannya. Kamu yang awalnya banyak teman, bisa kehilangan teman. Kuliah itu berharga, dan manfaatin waktu yang tersisa selama jadi mahasiswa. Jika sedang kesulitan menyusun skripsi, gapapa, istirahat dulu. Siapa yang menuntut kamu cepat selesai namun pada akhirnya kamu sakit? Plis. Jangan menyakiti diri sendiri. Kamu masih banyak waktu dan kesempatan serta mimpi!
Oh ya.. Jangan suka kejar deadline! Skripsi tidak akan
selesai dalam waktu satu malam. Susunlah timeline hingga wisuda. InshaAllah
kamu bakal dipermudah. And the last one, don't worry and don't be afraid!”
Masalah tiga hal tadi mungkin hanya sekadar bualan gue di weekend ini. Semoga ada yang mengena dihati lo. Ni ada foto Maudy Ayunda buat bonus!
Oh ya. Kalau lo luang, boleh mampir di akun ig web ini @kuliah_dotcom. Silahkan follow, tetapi jangan tanya kenapa masih kosong. Wkwkw.
Tulis di kolom komentar ya buat segala keluh kesah lo jadi mahasiswa akhir!
Comments
Post a Comment